TEORI-TEORI
PENGILHAMAN
Dari
masa ke masa para ahli teologia selalu berusaha untuk dapat memberikan berbagai
macam teori dalam konsep pengilhaman. Dalam usaha ini akhirnya para teolog
menemukan beberapa rumusan pengilhaman. Pada bagian ini penulis mencoba untuk
memaparkan beberapa pandangan teori-teori yang dipakai dalam melihat keilahian
dan keinsanian dari Alkitab itu sendiri. Untuk dapat mengerti teori-teori
tersebut maka penulis akan membaginya menjadi dua bagian yakni teori yang salah
dan benar dalam penerapan pengertian akan pengilhaman.
Teori Pengilhaman Yang Salah
Alkitab dengan sangat jelas mengemukakan tentang
pengilhaman yang merupakan sebuah fakta yang tidak dapat lagi dipungkiri.
Sekalipun pengilhaman merupakan sebuah fakta yang jelas, namun Alkitab
tidakmemberikan gambaran yang jelas mengenai cara dari pengilhaman itu sendiri.
Yang diungkapakan dalam Alkitab adalah bahwa sejak dari jaman dahulu Allah
berbicara berulang kali dan dalam pelbagai cara kepada manusia dengan
perantaraan nabi.[1]
Dengan keadaan yang demikianlah maka bermunculan berbagai macam pengilhaman
Pengilhaman
Alamiah
Pandangan ini menganggap para penulis
Akitab adalah para jenius yang tidak memerlukan bantuan adikodrati dalam
menulis Alkitab. Beberapa pandangan yang seiring dengan pandangan ini adalah:
(1) para penulis itu sendiri menghasilkan apa yang mereka tulis: Allah tidak
meniupkan kata-kata, (2) pengilhaman semacam ini dapat berlaku terhadap
buku-buku selain Alkitab.[2]
Bahkan Alkitab juga dipandang sebagai persepsi-persepsi religius seorang
penulis. Pandangan ini menjadikan beberapa lagu gereja setingkat dengan
Alkitab. Dalam kenyataannya pandangan ini mengaburkan tindakanpencerahan Roh
Kudus dengan karya-Nya yang khusus dalam pengilhaman.[3]
Pengilhaman
Dinamis
Pandangan
ini meju selangkah lebih jauh dengan pengilhaman alamiah karena memandang para
penulis lebih dari sekedar jenius alami tetapi juga dipenuhi Roh Kudus dan
dipimpin.[4]
Pandangan ini menjadikan para penulis Alkitab memamg tidak mengkin salah dalam
soal iman dan perbuatan, tetapi tidak dalam hal-hal yang tidak bersifat
religius. Dengan demikian para penulis itu bisa juga salah ketika menulis
tentang Alkitab. Sehingga menganggap bahwa Alkitab pada bagian tertentu juga
memiliki kesalahan.[5]Oleh
karena itu pandangan ini biasa juga disebut sebagai pengilhaman sebagian.
Dikatakan sebagian karena tidak semua bagian Alkitab adalah merupakan hasil
dari hembusan napas Allah. Sehingga bagi para penganut pandangan ini Alkitab
tidak memiliki kewibawaan yang tinggi. Karena Alkitab tidak memiliki kewibawaan
yang tinggi maka Alkitab juga tidak bisa dijadikan sebagai otoritas tertinggi.
Maka pandangan ini tidak dapat diterima karena Alkitab ditaruh di tempat yang
lebih rendah dari yang seharusnya.
Masalah
yang timbul dari pandangan ini sudah jelas, bagaimana dapat menerima bagian
Alkitab dan menolak bagian lainnya? Babaimana bisa diketahui mana ayat yang
mutlaj harus dipercayai dan yang boleh diterima? Alkitab sama sekali tidak
mangatakan bahwa hanya sebaian sauan yang diilhami malainkan segala sesuatu
yang tertulis di dalamnya telah dinafaskan oleh Allah (2Timotius 3:16)[6]
Pengilhaman
Konsep
Pandangan
ini menganggap, pesan yang berwibawa di berikan konsepnya saja, tetapi
penggunaan kata-katanya bisa saja mengalami kesalahan.[7]
Penganjur teori ini menyatakan bahwa Allah menaruh konsep kebenaran dalam
pikiran para penulis Alkitab tetapi membiarkan mereka yang mengungkapkan konsep
tersebut.[8]
Kesalahan
yang nyata dari pandangan ini adalah: bagaimana sebuah konsep dinyatakan? Tentu
dengan kata-kata. Ubahlah kata-katanya maka berubah pulalah konsepnya.
Karenanya kata dan konsep tidaklah dapat diubah.[9]
Alkitab sama sakali tidak ada kesan bahwa Allah hanya memberi konsep saja
kepada para penulisnya. Bahkan diragukan jika konsep dapat disampaikan terpisah
dari kata-kata. Konsep hanya menjadi berarti apabila disusun dengan kata-kata.[10]
Teori Pendiktean
Teori
ini berpendapat bahwa para penulis Alkitab merupakan pena semata-mata, atau
sekretaris yang menulis apa yang didiktekan, dan bukan orang-orang yang
kepribadiannya tetap terpelihara dan bagaimanapun diguanakan dalam tindakan
pengilhaman.[11]
Setiap kata dan ungkapan dalam Alkitab didiktekan langsung dari Tuhan sehingga
kemampuan penulis sama sekali tidak digunakan. Jadi menurut teori ini Alkitab
ditulis dengan gaya penulisan Roh Kudus sendiri.[12]
Teori
ini tidak dapat dibenarkan karena adanya perbedaan yang nyata dalam gaya
penulisan Musa, Daud, Yohanes, Paulus, Petrus, dan lain-lain.[13]
Lebih lanjut lagi Tiesen menambahkan, “harus diakui sifat rangkap dua Alkitab:
disatu pihak Alkitab merupakan kitab yang ke dalamnya dihembuskan napas Allah,
namun dipihak lain Alkitab merupakan hasil yang karya manusia.”[14]
Teori Pengilhaman yang Benar
Setelah
membahas mengenai teori yang salah dalam pengilhaman yang keliru terhadap
Alkitab, maka penulis mencoba untuk masuk membahas teori alkitabiah tentang
pengilhaman.
Kebenaran
pengilhaman Alkitab yang Alkitabiah adalah bahwa Roh Kudus menuntun dan
mengawasi para penulis Alkitab sedemikian rupa, sambil memakai keunikan mereka
pribadi lepas pribadi, sehingga mereka itu menulis semua yang Ia ingin mereka
tulis.[15]
Dapatlah terlihat dengan jelas bahwa Allah mengilhami keseluruhan Alkitab tanpa
mengesampingkan keunikan dan kelebihan para penulis makbenarlah pandangan bahwa
Alkitab adalah Firman Tuhan yang diilhamkan kata demi kata atau yang dikenal
dengan istilah verbal plenary inspiration. Dalam hal ini Baker menyatakan bahwa
“pengilhaman kata demi kata berarti bahwa pengilhaman itu sampai ke
masing-masing kata yang digunakan oleh penulis dalam tulisan aslinya.”[16]
Dalam pengertian kata demi kata yang diilhamkan Baker menambahkan,
kata demi kata bukan berarti bajwa
Allah mengimlakan kata-kata itu, tetapi Ia menuntun orang-orang dalam bahasa
mereka masing-masing, dengan kata-kata mereka, dan dengan gaya bahasa mereka
sendiri, sedemikian rupa sehigga kerika mereka menulis, mereka secara tepat
mengatakan hal yang ingin Allah katakan.[17]
Merujuk
dalam 2 Timotius 3:16, perkataan semua tulisan memiliki arti bahwa keseluruhan
Alkitab diilhami dan berfaedah. Kata tulisan dalam bahasa aslinya adalah graphe
yang berarti bahwa semua tulisan dalam Alkitab adalah merupakan hasil dari
pengilhaman Allah.[18]
Dalam pengilhaman secara menyuluruh berarti bahwa keakuratan sebagaimana yang
terjamin dalam pengilhaman secara verbal, diperlluas kepada setiap porsi
Alkitab, sehingga tiap bagian Alkitab tek dapat keliru dalm kebenaran dan
menentukan dalam hal kewibawaan ilahi.[19]
Dalam hal ini maka bukan berarti bahwa Allah mengabaikan karakter dari
keinsanian penulis itu sendiri. Namum keinsanian penulis ketika menulis Alkitab
tidaklah terlepas dari pengawasan supranatural Roh Kudus. Terlihat dari
penjelasan diatas nampaklah bahwa Alkitab memiliki dua sifat yakni insani dan
ilahi seperti yang telah diungkapkan diatas.
Alkitab
bukan hanya kesaksian manusia tentang Allah, tetapi sekaligus kesaksian Allah
tentang diri-Nya sendiri. Jika Alkitab dipandang sebagai kesaksian manusia
tentang pengalaman orang-orang dengan Allah, maka akan terjebak pada pandangan ebionistik (yang menekankan sifat
manusia saja) itu keliru.[20]
Terlihat dengan jelas bahwa Alkitab bukan hanya bersifat insani melulu atau
sebaliknya bahwa Alkitab merupakan buku ilahi dan unsur-unsur manusiawi di
dalamnya hanyalah bentuk diluar saja maka akan terjebak pada pandangan dosetik (menekankan sifat ilahinya saja)
ini keliru.[21]
Maka dari penjelasan-penjelasan yang telah diungkapkan di atas kesimpulannya
adalah bahwa Alkitab adalah hasil karya Allah dan manusia. Alkitab bukan Allah,
melainkan karya Allah. Karena Alkitab bukanlah Allah maka manusia tidak
menyembahnya. Tetapi sebagai karya ilahi,dan banyak berkat di dalamnya.[22]
[1] Alkitab Indonesia (Jakarta, 2000)
[3] Thiesen C. Henry, Teologi Sistematika,peny Vernon D.
Doerkensen (Malang: Yayasan Gandum Mas, 1997), 97
[14] Thiesen C. Henry, Teologi
Sistematika,peny Vernon D. Doerkensen, 100
[17] Ibid, 55
[19] Tindas Arnold, Apakah Inerancy Alkitab itu? (Manado,
Yayasan Daun Manado, 1993), 94
[21] Ibid,25
[22] Ibid,25
No comments:
Post a Comment