GEREJA ALKITAB ANUGERAH
TENTANG GEREJA
Gereja Alkitab Anugerah yang sejak berdiri menggunakan penginjilan
dengan metode Rasul Paulus, yakni pemahaman Alkitab dengan sistim
Dispensasional.
GAA
Bekerjasama dengan
TCM (Things to Come Mission, Inc) berhubungan dengan paham Injili,
Fundamental dan Dispensasional dan Pdt. Vernon D. Anderson-lah orang
yang pertama kali menperkenalkan dan mengajarkan sistem ini kepada para
pelayan yang kemudian menjadi personalia Badan Pengurus Pusat Yayasan
Injil Anugerah Indonesia dan pada para penginjilnya.
SISTEM TEOLOGI DISPENSASIONAL
Pada dasarnya sistem Teologi Dispensasional tidaklah
jauh berbeda dari paham Injili dan Fundamental lainnya kecuali dalam
penekanannya pada belajar Alkitab dengan membagi secara tepat ‘Rightly Dividing the Word of Truth’ dan pada metode penginjilan berdasarkan metode Rasul Paulus.
Paham-paham yang sangat
ditekankan adalah: Alkitab adalah Firman Allah, Allah adalah Esa dan
berkeberadaan kekal dalam Tiga Oknum (Tritunggal), dan Keselamatan
adalah hasil kasih karunia Allah yang didapatkan melalui Iman kepada
Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit. Karya keselamatan Kristus
bagi manusia telah sempurna tanpa perlu ditambahkan apa-apa pun. Karena
tidak ada perbuatan, usaha, atau upacara agama apa pun yang dapat
ditambahkan pada karya keselamatan tersebut. Orang-orang yang telah
diselamatkan dalam Dispensasi kasih karunia sekarang ini adalah
anggota-anggota gereja yang kudus dan Am, yaitu Tubuh Kristus,
orang-orang yang telah dipanggil ke luar karena telah percaya kepada
Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Keanggotaan Tubuh
Kristus tidak dibatasi oleh golongan gereja (denominasi), semua orang di
mana pun mereka berada menjadi anggota Tubuh Kristus pada saat mereka
percaya. Roh Kudus-lah yang membaptiskan orang-orang percaya itu ke
dalam Tubuh Kristus.
Sistem Teologi
Dispensasional diajarkan oleh Alkitab. Khususnya kata ‘dispensasi’ itu
sendiri berasal dari kata Yunani OIKONOMIA yang dalam Alkitab bahasa
Indonesia diterjemahkan dengan kata ‘tugas’ atau ‘tugas penyelenggaraan’
(Ef.3:2; Kol.1:25; I Kor.9:17,TB). Penekanan pada belajar Alkitab
secara membagi dengan tepat, dianjurkan di dalam Alkitab (II Tim.2:15).
Kata-kata (lebih tepat klausa = anak kalimat) ‘membagi secara tepat’
dalam Alkitab Indonesia terjemahan baru adalah ‘berterusterang
memberitakan’ atau dalam terjemahan lama ‘menjalankan dengan
sebenarnya’. Ada pihak-pihak yang menyatakan kekurangsetujuan mereka
pada gagasan ‘membagi’ namun masalahnya di sini bukanlah pada gagasan
membagi tetapi pada kenyataan membagi. Tidak ada satu aliran mana pun
atau satu pengajar Alkitab mana pun, atau siapa pun dia yang tidak
membagi Alkitab. Kita semua mengenal pembagian menurut “Perjanjian
Lama” maupun “Perjanjian Baru” yang masih diteruskan dengan pembagian
menurut kelompok Kitab-kitab, juga menurut kitab-kitab. Juga sering kita
mendengar orang mengajar zaman-zaman, atau juga peta zaman, seperti
zaman Allah Bapa, zaman Allah Anak, dan zaman Roh Kudus. Ada juga yang
membagi menurut zaman Adam, zaman Nuh, zaman Abraham, dan seterusnya.
Juga tidak menjadi soal apakah aliran-aliran, atau pemimpin-pemimpin itu
mendasarkan pembagian mereka pada salah satu ayat Alkitab seperti II
Tim.2:15 atau tidak, yang penting mereka itu membagi Alkitab. Tegasnya
hal membagi Alkitab itu dilakukan oleh semua pengajar, penginjil dan
pemimpin di dalam gereja dan aliran apa pun.
Sebagaimana yang telah dinyatakan bahwa
para Misionari TCM Amerika Serikat, terutama Keluarga Anderson-lah yang
memulai pelayanan sehingga terbentuklah GAA di Indonesia, pertama-tama
yang beliau dekati adalah orang-orang percaya yang tergabung dalam apa
yang dinamakan “Pemuda Persekutuan” yang kemudian mendirikan Yayasan
Injil Anugerah Indonesia. Dan setelah itu berdiri pula GAA, yang
pendiriannya terpisah sama sekali dengan yayasan tersebut, dengan
demikian secara alamiah GAA tidak merasa diri terikat lagi dengan
yayasan tersebut karena modus pelayanan yang sangat berbeda. Yayasan
tersebut bergerak terbatas hanya pada satu hal yaitu penginjilan,
sedangkan gereja memfokuskan diri pada tiga hal yaitu: penginjilan,
penjemaatan dan penggembalaan. Dengan TCM Amerika Serikat bahkan dengan
TCM Filipina GAA masih terus berhubungan secara rohani dan doktrinal
karena kesamaan doktrin dan visi.
Karena GAA mempunyai asas Injili maka ia memilih bergabung dengan Persekutuan Injili Indonesia (PII) sejak 1995
SEJARAH GEREJA
1967-1974
Gerakan Anugerah di Indonesia, dimulai dari suatu kegiatan
orang-orang percaya yang termotivasi untuk bergiat dalam pelayanan
pekerjaan Tuhan.
Orang-orang percaya ini yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang
masih muda remaja pada umumnya mempunyai latar belakang Kristen,
maksudnya dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang beragama
Kristen, namun kehidupan Kristen yang sesungguhnya nanti dimulai sejak
mereka secara pribadi percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat.
kegiatan orang-orang percaya ini tampak
sangat aktif terutama disebabkan oleh adanya pelayanan Kebangunan rohani
yang diselenggarakan di Manado dan sekitarnya oleh Lembaga-lembaga
Penginjilan dari pulau Jawa bekerja sama dengan Gereja-gereja di
Sulawesi Utara. Di samping membantu mengembangkan pelayanan di
organisasi gereja masing-masing, orang-orang ini melakukan juga kegiatan
Persekutuan Doa, Pemahaman Alkitab, pelayanan Penginjilan di luar
organisasi gereja yang ada. Karena kelompok ini kebanyakan adalah
orang-orang muda, maka persekutuan yang rajin mengadakan Pemahaman
Alkitab dan Pemberitaan Injil ini dinamakan “Pemuda Persekutuan”, walau
pun mereka sendiri tidak menyebut kelompok mereka demikian. Juga apa
yang dinamakan “Pemuda Persekutuan” itu sebenarnya tidak mempunyai
bentuk organisasi seperti komposisi dan personalia pengurus atau pun
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Pemuda Persekutuan ini tidak bernaung di
bawah salah satu organisasi gereja atau badan Penginjilan. Banyak dari
antara pemuda-pemudi tersebut yang menyerahkan diri sepenuhnya pada
pelayanan pekerjaan Tuhan dan banyak melanjutkan studi di
Sekolah-sekolah teologi di Minahasa, Poso, Bandung, Jakarta, dan Malang,
serta tempat-tempat lainnya. Sekarang ini banyak di antara mereka yang
menjadi pelayan-pelayan yang setia dalam organisasi-organisasi gereja
dan yayasan penginjilan yang tersebar di Indonesia, bahkan ada yang
sudah melayani Tuhan di luar negeri.
Sebagian partisipan Pemuda Persekutuan yang masih berada di Manado terus dengan kegiatan persekutuan
1970.
Pdt. Vernon D. Anderson dan keluarga yang berasal dari
Misionaris TCM (Things to Come Mission, Inc) di Cope, Colorado, Amerika.
datang ke Indonesia setelah mengunjungi Filipina ke Australia dan
Selandia Baru.
Mereka singgah di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan dan turut melayani di Pemuda Persekutuan.
1973
Keluarga Pdt. Vernon D. Anderson datang lagi ke Indonesia dan menetap di
Manado sampai 1975 lalu kembali lagi ke Amerika melalui Eropa.
1975
13 Juni
Pemuda Persekutuan mendirikan organisasi penginjilan yang
diberi nama “Yayasan Injil Anugerah Indonesia”. Yayasan ini mengadakan
kerjasama dengan lembaga-lembaga penginjilan di dalam dan di luar
negeri. Di dalam negeri dengan gereja-gereja dan organisasi penginjilan
di Indonesia. Di luar negeri, Yayasan ini bekerjasama dengan “Things to
Come Mission, Inc., Cope, Colorado, U.S.A. (TCM).
1976
Pdt. Vernon D. Anderson dan keluarga datang lagi ke tiga
kalinya di Indonesia dan melayani bersama Yayasan Injil Anugerah
Indonesia.
1979
27 Juni
Berdirilah Gereja Alkitab Anugerah (GAA) yang berkantor pusat
di Jakarta. Badan Gerejawi ini secara organisatoris terpisah dari
Yayasan Injili Anugerah Indonesia yang berkantor pusat di Manado. GAA di
bawah kepengurusan Drs. Freddy Siwi
Dalam ketaatan kepada Pemerintah sesuai
ajaran Alkitab di dalam Surat Roma 13 maka secara legal Gereja Alkitab
Anugerah dinyatakan berdiri pada 27 Juni 1979 dengan Akte Notaris pada
Kantor Notaris Nico Rudolf Makahanap No. 25, Tgl. 27 Juni 1979 dan
pendaftaran Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Utara-Timur No.
21/Leg./1979/Tim. Selasa 24-7-1979
Pelayanan Pdt. Vernon D. Anderson dan
keluarga di indonesia berakhir dan selanjutnya mereka melayani di
Brasil, Tanzania, Kenya, Kamerun dan Turki.
1981
GAA didaftarkan di Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Kalimantan Timur, No. w.q/5/1945/1981, tanggal 31 Agustus 1981.
1984
Konferensi Tahunan I di Manado. Konferensi tersebut dihadiri
oleh beberapa personalia termasuk ketua BPP GAA dan beberapa utusan
sidang-sidang Jemaat Lokal di Sulut, Jakarta, Jatim, dan Kaltim.
1985
Konferensi Tahunan II diadakan di Cimacan, Puncak Bogor,
Konferensi tersebut dihadiri oleh beberapa personalia BPP dan
Utusan-utusan Sidang Jemaat Lokal.
Pada Konferensi ini diadakan keputusan yang mengubah sebutan Badan
Persekutuan Pengurus (BPP) menjadi Badan Pengurus Pusat (tetap disingkat
BPP), struktur kepemimpinan ditambah Personalia Dewan Pengawas.
GAA didaftarkan lagi pada Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Protestan) Departemen Agama R.I.
No. 89 Tahun 1985, tanggal 28 November 1985.
1986
Konferensi Tahunan III di Balikpapan dihadiri oleh personalia
Pengurus serta utusan-utusan Sidang Jemaat Lokal. Pada Konferensi
tersebut diadakan lagi keputusan yang merubah Konferensi Tahunan menjadi
Konferensi Nasional, dan waktu pelaksanaannya bukan lagi setiap tahun
tetapi setiap dua tahun.
Pdt. Dr. Frans P. Tamarol dipilih menjadi
ketua pengurus berlangsung sampai Konferensi V (yang sudah berobah
menjadi Konferensi Nasional) di Kinilow Tomohon, Sulut .
yang kemudian keketuaannya diserahkan pada Pdt. Drs. Ruddy Akay. Masa keketuaan Pdt. Drs Ruddy Akay berlangsung sampai.
1988
Konferensi Nasional ke IV diadakan di Pacet, Mojokerto,
Jatim. Pada Konferensi tersebut diputuskan untuk (di bawah terang
Pernyataan Iman GAA) menerima “Pancasila sebagai satu-satuya asas
organisasi, dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia”,
sesuai dengan UU No. 8 1985, dan juga diputuskan untuk segera membuka
suatu Sekolah Alkitab yang mendidik tenaga kader GAA yang dilaksanakan
di Jakarta yang akhirnya dikenal sebagai Sekolah Tinggi Injili Anugerah
(SETIA), yang merupakan pelanjutan dari sekolah yang sama di Manado yang
dulunya bernama Institut Alkitab Anugerah (IAA) di bawah langsung
Yayasan Injil Anugerah, dan kemudian menjadi Seminari Alkitab Injil
Anugerah (SIAGA).
GAA didaftarkan ulang pada Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen (Protestan) Departemen Agama R.I.
No. 70 Tahun 1988 (untuk penyesuaian dengan Undang-Undang No. 8 tahun
1985).
1990
Konferensi Nasional V diadakan di Tomohon pada Tahun 1990,
untuk pertama kali dalam suatu Konferensi turut dihadiri dan dibuka
secara resmi oleh seorang Gubernur, yang pada masa itu dijabat oleh
Cornelis J. Rantung.
1991
Konferensi Misi I diadakan di Manado pada 1991, dengan dihadiri
oleh hampir semua Pekerja Gereja (PG) penuh waktu se-Indonesia.
Pembicara-pembicara pada Konferensi Misi tersebut adalah, Pdt. Dr. Frans
P. Tamarol, M.Ed, MS, MA, selaku Direktur SETIA Jakarta. Pdt. Drs.
Ruddy J. Akay selaku ketua umum GAA dan Pdt. Joseph Watkins selaku
direktur TCM USA, dan Pdt. Joel Molina selaku dosen SETIA Jakarta.
1992
Konferensi Nasional VI diadakan di Ujung Pandang pada 1992,
yang menghasilkan sistim pendonasian bagi Pekerja Penuh Waktu. Juga
ditetapkan untuk mengadakan Konferensi Misi setiap dua tahun menyelingi
Konferensi Nasional.
1993
Konferensi Misi II pada 1993 diadakan di beberapa kota
yaitu; Prigen, Jatim untuk para PG dari Sumatera Utara dan Jawa, dengan
pembicara Pdt. Dr. Frans P. Tamarol, M.Ed, MS, MA, dll. Balikpapan untuk
PG Kaltim degan pembicara Pdt. Marthinus F. Kambey, S.Th, MA dll.
Manado untuk para PG se Sulawesi dan Irja, dengan pembicara Pdt. Dr.
Frans P. Tamarol, M.Ed, MS, MA, Pdt. Piet H. Sambur, Ev. Drs. Arthur A.
Kotambunan,MM., dan Pdt. Jerry Maloring serta Pdt. Dr. Jove Wungouw,
dll.
1995
GAA bergabung menjadi anggota PII, dengan Keanggotaan Nomor : 48/PII/Grj./1995.
1994.
Pada Konferensi Nasional VII di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor Pdt. Dr. Frans Tamarol terpilih kembali sebagai Ketua BPP GAA
Konferensi Nasional VII diadakan di Wisma Kanasih, Caringin, Bogor, yang
menghasilkan perbaikan sistim pendonasian/tunjangan-tunjangan bagi
Pekerja Gereja.
1996
Konferensi Nasional VIII diadakan pada 1996 di Bahtera Hotel,
Balikpapan, Kaltim dengan mengambil tempat penginapan bagi para peserta
di Asrama Haji. Dengan keputusan berupa penyempurnaan bagi AD, ART, dan
Tata Gereja GAA secara lebih konprehensif.
1997
diadakan Pertemuan Pemuda GAA Nasional I, yang diselenggarakan
di Makale, tanah Toraja, dengan pembicara: Pdt. Jerry Maloring, Pdt.
Piet H. Sambur, dan Ev. Ir. Audy Kadang.
1998.
Pada Konferensi Nasional ke VIII di Ujungpandang (Makassar ),
masa kepengurusan Pdt. DR. Frans Tamarol diperpanjang sampai Konferensi
Nasional XI.
Konferensi Nasional IX diadakan di
Ujungpandang (Makassar) menghasilkan kesepakatan bahwa asas Organisasi
GAA berubah dari Kongregasional menjadi Presbiteral Sinodal dengan
kesepakatan nanti akan diefektifkan sesudah Konferensi Nasional X di MBH
Sulut. Diputuskan untuk masa transisi keketuaan masih berada di pundak
Pdt. Dr. Frans Tamarol. Jadi pemilihan nanti dalam Konferensi Nasional
tersebut.
2000.
Pada Konferensi Nasional XI yang diselenggarakan di Manado
Beach Hotel terjadi lagi pemilihan pegurus baru dan keketuaannya
berpindah kembali pada Pdt. Drs. Ruddy A.J. Akay
Pada Konferensi Nasional 2000 sistem
pemerintahan GAA dirobah dari asas Kongregasional menjadi Presbiterial
Sinodal. Jadi istilah Badan Pengurus Pusat (BPP) kemudian dirobah
Majelis Pengurus Sinode (MPS), juga Konferensi Nasional dirobah menjadi
Sidang Raya.
Konferensi Nasional X diadakan di Manado Beach Hotel Minahasa
Sulut, pada 2000, dan keketuaan kembali lagi dari Pdt. Dr. Frans Tamarol
kepada Pdt. Drs. Ruddy J. Akay. Pada Konas X tersebut mulailah secara
efektif asas prebiterial sinodal dijalankan.
2001
Rapat Luar Biasa I (RLB) yang berlangsung di Pineleng
Minahasa, Sulut pada April 2001 dengan agenda pemantapan asas
presbiteral-sinodal. Di dalam RLB I tersebut berkembang wacana agar
kantor pusat GAA berpindah ke Manado, karena di Manado dianggap lebih
feasible (laik) dalam banyak hal. Misalnya secara operasional di Manado
lebih murah dan lain-lain, tetapi RLB I memutuskan Kantor Pusat tetap di
Jakarta.
Konferensi Misi III diadakan pada 2001
secara terpisah untuk GAA Wilayah Sulutteng dan Sulsel diadakan di
Mountainview Homestay Tomohon, Dengan pembicara: Pdt. Marthinus F.
Kambey, S.Th., MA, Pdt. Piet H. Sambur, S.Th., Pnt. Ir. Jans D. Lalita,
M.Sc.,M.Div., dan pembicara tamu: Pdt. Prof. DR. W. Stanley Heath,
D.Th.,DD, sedangkan untuk jemaat-jemaat di Jawa dan Sumatera diadakan di
kota Taman Bunga Puncak Jawa Barat, dengan pembicara: Pdt. Drs. Ruddy
A.J. Akay, Pdt. Drs. James R. Damping, Pnt. DR. Hans Lumintang, Sp.KK,
dan pembicara utama: DR. Suhento Liauw dan pembicara pembanding: Pdt.
Piet H. Sambur, S.Th.
2002
Konferensi Nasional XI diadakan di Malang Jawa Timur pada 2002
dengan hasil penegasan asas pemerintahan gereja secara presbiteral
sinodal.
Pertemuan Pemuda GAA Nasional II pada
2002, diadakan di Hotel Missylinia Rantepao, dengan pembicara: Pdt.
Herodion, S.Th., dan Ny. Angella Indino-Hampp, dari TCM, Filipina, serta
Ev. Ir. Audy Kadang.
2003
Konferensi Misi IV untuk Wilayah Sulutteng diadakan pada 2003
di Jemaat Tesalonika Kotamobagu yang juga dihadiri oleh PG dari
Jayapura, Papua, dengan pembicara: Pnt.Dr. Jimmy Posangi, M.Sc.,Ph.D.,
Pdt. Piet H. Sambur, S.Th., Pnt. Arthur A. Kotambunan, MM.
Pertemuan Pemuda GAA Nasional III
diadakan di Biara “Bukit Rahmat” Samarinda Kaltim, dengan
pembicara: Pdt.Drs. Ruddy A.J. Akay, Pdt. Marthinus F. Kambey,
S.Th.,MA, Pdt.Drs. James R. Damping, Pdt. Piet H. Sambur, S.Th. Di dalam
pertemuan tersebut telah diprakarsai dan diputuskan pembentukan Komisi
Pemuda GAA Tingkat Nasional, dengan Komposisi Personalia Pengurus
Perdana sebagai berikut:
Ketua : Ray. M. Akay, Sekretaris : Yessy Ward, Bendahara : Priskila Tangkilisan.
2004
Februari.
Konferensi Misi IV untuk Sulsel, Kaltim, Jawa dan Sumatera diadakan di Prigen Jatim pada
2006
2-4 Agustus 2006
GAA mengadakan Konferensi Nasional di Sindanglaya, Puncak Jawa Barat .
YAYASAN & LEMBAGA MILIK GEREJA
* YAYASAN INJIL ANUGERAH INDONESIA
Sumber
SEJARAH SINGKAT GEREJA ALKITAB ANUGERAH Oleh : Pdt. Dr. Frans P. Tamarol, MED, MS, MA