Yesus adalah Tuhan
Salah satu bagian yang penting dalam perdebatan atau
penelitian dalam dunia teologia liberal adalah gelar Yesus sebagai Tuhan. Dalam
penjelasan kaum liberal mengenaiYesus adalah Tuhan bukan dalam pengertian
Yesus adalah Allah pencipta alam raya ini, tapi dalam hubungannya dengan pera
murid, mereka menyebut Yesus adalah sebagai bentuk penghargaan para murid
karena jasa-jasa dan juga keterbiasaan para murid yang memiliki hubungan yang
dekat menyebabkan para murid menyapa Yesus sebagai tuhan. Dalam pengertian
lainya adalah disebabkan karena Yesus memiliki kualitas hidup yang baik
sehingga dikatakan tuhan. Selain itu Yesus sendiri tak pernah memandang dan
menyatakan diri sebagai tuhan. Paling jauh, Yesus hanya bisa memandang dirinya
sendiri pada masa kehidupannya sebagai “anak” dalam hubungannya dengan Allah,
bukan dalam pengertian dia anak biologis Allah atau dia sehakikat dengan Allah
(seperti dipahami dalam doktrin Tri Tunggal Kristen), melainkan dengan bahwa
dia, sebagai manusia, memiliki suatu hubungan yang khusus dan istimewa dengan
Allah, yang dicirikan oleh keintiman, keakraban, kedekatan, keterbukaan, cinta,
kepercayaan penuh, pengenalan timbal balik dan komunikasi.
Mengenai
pemahaman liberalisme tentang gelar Tuhan bagi Yesus adalah sebuah kesalahan
fatal, sebab mereka tidak mampu melihat hakekat Yesus yang sebenarnya mengenai
Yesus adalah Tuhan. Menurut Evans, “kaum Liberalis berpendapat kekristenan
sungguh-sungguh tidak tahu siapakah Yesus, apa yang sesungguhnya Ia katakan dan
lakukan, apa yang Ia pikirkan tentang diri-Nya sendiri, atau apa yang
dipikirkan pengikut-Nya tentang Dia, karena Injil Perjanjian Baru dan
sumber-sumber yang dimiliki orang Kristen tidak dapat dipercaya”[1].
Hal pertama adalah penyebab pandangan liberalism yang keliru tentang Yesus
adalah Tuhan, karena keraguan kaum Liberalism terhadap Injil-injil Perjanjian
Baru dan sumber-sumber lainnya yang merupakan sumber utama dalam keKristenan
dalam memberikan informasi-informasi tentang Yesus. Hal ini disebabkan oleh
konsep rasionalime kaum Liberalisme yang berpendapat bahwa segala sesuatu
awalnya adalah diragukan. Bukan hanya rasionalisme kaum liberalism yang
mengarahkan mereka akan keraguan atas kebenaran informasi Injil-Injil sinoptik
tapi juga Humanisme kaum liberalism juga berperan besar atas kepercayaan
tokoh-tokoh leberalisme. Atas keraguan inilah maka kaum liberalism menanggapi
Injil-Injil Perjanjian Baru, Evans menambahkan,
Injil
Perjanjian Baru mungkin menggambarkan Yesus sebagai Mesis Israel dan sebagai
Anak Allah, tertapi seperti yang orang Kristen ketahui, itu hanyalah teologi
orang Kristen yang hidup pada paruh kedua abad pertama, orang-orang Kristen
yang tidak pernah bertamu Yesus dan tidak pernah mendengar Dia mengajar. Berntuk
keraguan tiu kdsang-kadang melangkah lebih dalam, dan berpendapat bahwa Injil
asli bukan hanya tidak dapta dipercaya dan bukan sejarah, kaum Liberalisme
tidak yakin apakah naskah yang dimiliki kekristenan saai ini mencerminkan Injil
dalam benruk asli mereka secara akurat atau tidak[2]
Bagi kaum liberalism adalah bahwa ada jurang pemisah
antara sejarah yang terjadi antara Yesus dan kitab-kitab Injil, tentunya
termasuk Injil-Injil sinoptik. Apa yang tercatat dalam kitab-kitab Injil
sinoptik bukanlah merupakan sejarah tapi kepercayaan orang Kristen awal saat
itu, dan tentunya berimbas pada pemahaman kaum liberalism terhadap Yesus.
Karena keraguan inilah menyebabkan ketidak percayaan pada informasi Injil-Injil
sinoptik yang menyatkan bahwa Yesus adalah Tuhan.
Bagi
penulis bahwa keraguan dan kecurigaan kaum liberalism terhadap Injil-Injil
sinoptik adalah sebagai bentuk sikap yang membenci terhadap kebenaran
konservatif terhadap kebenaran bahwa Alkitab
adalah Firman Allah. Keraguan liberalism seharusnya tidak perlu diperdebatkan
karena memang informasi yang terdapat dalam Injil-Injil Sinoptik yang saat ini
adalah memiliki kesamaan isi dengan teks aslinya. Bock dalam hal ini menyatakan
bahwa,
Pertama,
berita disampaikan secara tertulis, bukan lisan. Kedua, berita deteruskan
melalui beberapa jalur, tidak hanya satu. Jalur-jalur ini berfungsi untuk
memeriksa dan menyeimbangkan hasil penyampaian berita. Sedikit usaha
membandingkan antra tiga jalur saja sudah sangat membantu untuk mendapatkan
berita yang sesuai denga aslinya. Ketiga, ahli kritik terks biasanya tidak
hanya mengandalkan penerimaan berita terakhir, tetapi juga bertanya kepada
beberapa orang yanag lebih dekat dengan sumber berita. Keempat, sepanjang
sejarah penyampaian berita, para penulis memberikan komentar terhadap teks, dan
jika ada kesemjangan kronologis antar manuskripmereka mengisinya dengan
mencatat apa yang dikatakan oleh teks dalam kontek waktu dan tempat saat itu.
Kelima,…Perjanjian Baru disalin lebih dari satu kali dan masih dikonsultasikan sampai
beberapa generasi salinan sesudahnya[3]
Dalam penjelasan diatas maka sangat keliru jika
hanya meragukan Injil-Injil Sinoptik yang ada saat ini, sebab penyalinan
Injil-Injil tesebut tidaklah sama dengan permainan telepon pada anak-anak.
Penyalinan tersebut merupakan penyalinan dalam bentuk tulisan, dan penyalinan
memiliki beberapa jalur dan ketika di perbandingkan maka memiliki benang merah
yang sama, kemudian penyalin Injil-Injil Sinoptikpun selalu menanyakan kepada
sumber terdekat dengan saksi pelaku sejarah pengalaman Yesus selama
pelayanan-Nya dibumi, dan kemudian penyalinanpun selalu dikonsultasikan samapai
beberpa sejarah. Maka antara kehidupan Yesus dalam sejarah dan penulisan
Injil-Injil Sinoptik tidaklah memiliki jarak yang memisahkan itu semua. Ada
sebuah jembatan yang menghubungkan diatara kehidupan Yesus dalam sejarah dan
penulisan dan penyalinan Kitab Injil Sinoptik. Maka dalam hal ini penulis
berkeyakinan penuh bahwa segala informasi yang terdapat dalam Injil-Injil
sinoptik saat ini adalah merupakan informasi yang autentik mengenai Yesus yang
sebenarnya. Tidak ada kesalahan dalam informasi mengenai Yesus dalam
Injil-Injil Sinoptik. Dalam hal ini berarti mengenai Yesus Tuhan yang disampaikan
dalam Injil-Injil Sinoptik adalah sebuah berita yang benar dan tak bersalah
sedikitpun. Hal ini dijelaskan oleh Pate sebagai berikut,
Sebutan-sebutan
yang digunakan oleh Injil Sinoptik untuk Yesus, yang bertentangan dengan
pernyataan kaum Liberalism: Mesias, Anak Manusia, dan Anak Allah. “Mesias” adalah
istilah Yahudi untuk “pribadi yang diurapi” (“Kristus adalah istilah Yahudi
untuk arti yang sama). Jelaslah dari Maz 2:2,7 bahwa istilah tersebut tikda
mengacu kepada seorang manusia biasa, karena disana pribadi yang diurapi Tuhan (Mesias-ayat 2) dinyatakan
sebagai Anak Allah (ayat 7). Bahkan dalam kitab berbahasa Yahudi yang ditulis dalam
rentang waktu yang berdekatan dengan Perjanjian Baru, 4 Ezra, diketahui bahwa
Allah memanggil Mesias sebagai “anakku”[4]
Dalam penjelasan diatas nyatalah bahwa semua gelar
Yesus yang merujuk pada hakekat-Nya sebagai Allah adalah sebuah fakta yang riil
dan hal itupun di dukung oleh beberapa ayat dalam Perjanjian Lama. Berjaitan
dengan gelar Yesus yang lainnya yang berkaitan erat dengan ke-Allahan Yesus,
Pate menyatakan
Dinamika
yang sama ada untuk sebutan “Anak Manusia,” sebutan kesukaan Yesus untuk diri-Nya
sendiri. Sebutan ini bersumber dari Daniel 7, yang menyatakan bahwa Anak
Manusia ilahi-lah yang menerima
kerajaan Allah (Daniel 7:13). “Anak Allah”, sebagaimana yang terlihat dalam
Mazmur 2, meningkatkan derajat Mesias jauh di atas semua manusia…. Oleh sebab
itu penggunaan tiga sebutan untuk Yesus dalam Injil Sinoptik –Mesias, Anak
Manusia, dan Anak Allah—tentu saja menunjukan bahwa mereka mamandang Yesus
lebih dari seorang manusia belaka[5]
Bahwa tiga gelar yang terutama dalam injil Sinoptik
–Mesias, Anak Manusia, dan Anak Allah—sudah cukup membuktikan Yesus adalah
Allah, sebab gelar-gelar tersebut adalah gelar-gelar yang tidak dimiliki oleh
menusia biasa, tapi hanya dimiliki oleh Tuhan. Berarti dengan merujuk
gelar-gelar tersebut dalam bahasa sederhananya Yesus adalah Allah.
Dalam
keterkaitannya bahwa Yesus adalah Tuhan maka Mc Dowel menyatakan bahwa
Di
Matius 12: 6, Yesus berkata kepada orang Farisi, “Aku berkata kepadamu: Disini
ada yang melebihi bait Allah.” Berapa lebihnya? Dalam ayat 8. Yesus menegaskan
sembil mengacu pada diri-Nya, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Bagaimana seseorang dapat menjadi Tuhan atas hari Sabat kecuali Allah yang
menetapkan hari itu? Ini suatu tuntutan langsung atas ketuhanan
……………………………………………….........................................................Di
Markus 2:1-12, Yesus berkata kepada seorang lumpuh, “ Hai anak-ku, dosamu sudah
diampuni!” beberapa ahli Taurat yang sedang duduk di situ mengerti maksud yang
jelas dari perkataan Yesus
……………………………………………………………………………………...
Tak
seorangpun dapat mengampuni dosa kecuali Allah. Siapa saja dapat berkata bahwa
ia mampu mengampuni dosa; tetapi Yesus membuktikan bahwa Ia berkuasa untuk
mengampuni dosa ketiak Ia menyebuhkan orang lumpuh itu. Yesus dengan jelas
menyatakan bahwa Ia memiliki sifat ketuhanan.[6]
Ketika melihat gambaran yang diberikan oleh Dowel
mengenai penyataan-penyataan, karya mujisat, dan kuasa yang dimilki Yesus maka
nampaklah dengan jelas bahwa Yesus adalah Allah. Sebab apa yang hanya dapat
dilakukan oleh Allah Yesuspun melakukannya. Seperti berkuasa atas hari Sabat,
orang lumpuh di sembuhkan , dan bahkan mampu mengampuni dosa yang pada
kenyataannya bahwa kuasa untuk mengampuni dosa adalah milik Allah semata.
Mengenai
Yesus dan hubungannya dengan kerajaan maka dalam beberapa teks dalam Injil
Sinoptik seperti dalam, “… sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya” (Mat 16:28
;Lukas 9:27); “sesungguhnya kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Lukas 11:20)
dan masih banyak lagi ayat dalam Injil Sinoptik yang menyatakan bahwa Yesus
adalah Raja. Dalam hal ini maka Evans menyatkan,
Ungkapan
“Kerajaan Allah” tidak sulit atau rumit jika mempelajari data Alkitab…. Allah adalah
Raja sekarang dan selama-lamanya. Allah adalah Raja di surge dan di bumi.
Dengan kata lain, kerjaan Allah mencakup unsur waktu (Allah memerintah
sekarang, dan Ia akan
memerintah
pada masa
yang akan datang). Jika dimensi linguistic krajaan ikut diperhitungkan ,
terutama berkaitan dengan Allah, kata itu diterjemahkan paling baik sebagai
“pemerintahan.” Jadi, ketika Yesus memberitakan kerajaan Allah, Ia memberitakan
pemerintahan Allah. Ia menunjuk pelayanan-Nya melalui kesembuhan dan terutama
melalui pengusiran setan.[7]
Ungkapan dalam Injil Sinoptik mengenai Yesus sebagai
Raja merupakan bentuk pernyataan Yesus sebagai Allah. Hal ini tidak hanya
menyebutkan sebuah kerajaan yang bersifat sementara melainkan sebuah kerajaan
yang bersifat kekal selama-lamanya. Ungkapan bahwa pemerintahan Yesus bersifat
kekal maka tidak dapat lagi disangsikan bahwa Yesus adalah Allah yang
memerintah kerajaan-Nya selama-laanya.
Ke-Allah
Yesuspun dapat dikaitkan dengan hubngan-Nya dengan Bapa. Dalam pengertian ini
Boice menyatakan bahwa,
Di
taman Getsmani dan di salib, Yesus berseru kepada Bapa. Kedua peristiwa ini
adalah masa-masa krisis yang paling genting. Di taman, Ia meminta kepada
Bapa-dengan tunduk pada kehendak-Nya agar cawan yang hendak Dia minum boleh
berlalu dari-Nya. Di salib, pada puncak penderitaan-Nya, Ia menyerahkan roh-Nya
ke dalam tangan Bapa. Di sini ada distingsi yang jelas antara Anak dan Bapa
pada waktu yang sma dan ditempat yang sama, dan ini menyebabkan penyembahan
orang Kristen kepada Anak sebagai Tuhan dan Allah (Matius 26:39-42; Lukas
23:34).[8]
Dalam penjelasan Letham diatas bahwa beberapa
peristiwa yang terjadi antara Yesus dan Bapa juga dalam sebuah peristiwa yang
sama dan waktu yang sama dan muncul kedua-duanya, ini membuktikan bahwa Yesus
dan Bapa adalah berbeda namun satu hakekat. Dalam pengertian ini memberikan
informasi yang tepat mengenai keberadaan Yesus sebagai Allah yang pantas dipuji
dan diagungkan.
Setelah
melihat penjelasan-penjelasan di atas maka kebenaran Yesus adalah Tuhan
merupakan sebuah kebenaran yang mutlak dan tak terbantahkan. Yesus adalah Allah
sang pencipta merupakan Allah yang harus dipuji dan diagungkan. Ketidak mampuan
kaum liberal dalam pemahan mengenai Yesus adalah Allah dikarenakan ketidak
percayaan terhadap kebenaran Alkitab yang absolute atau Alkitab adalah Firman Allah.
No comments:
Post a Comment