Tuesday 13 December 2016

Yesus adalah Tuhan
                  Salah satu bagian yang penting dalam perdebatan atau penelitian dalam dunia teologia liberal adalah gelar Yesus sebagai Tuhan. Dalam penjelasan kaum liberal mengenaiYesus adalah Tuhan bukan dalam pengertian Yesus adalah Allah pencipta alam raya ini, tapi dalam hubungannya dengan pera murid, mereka menyebut Yesus adalah sebagai bentuk penghargaan para murid karena jasa-jasa dan juga keterbiasaan para murid yang memiliki hubungan yang dekat menyebabkan para murid menyapa Yesus sebagai tuhan. Dalam pengertian lainya adalah disebabkan karena Yesus memiliki kualitas hidup yang baik sehingga dikatakan tuhan. Selain itu Yesus sendiri tak pernah memandang dan menyatakan diri sebagai tuhan. Paling jauh, Yesus hanya bisa memandang dirinya sendiri pada masa kehidupannya sebagai “anak” dalam hubungannya dengan Allah, bukan dalam pengertian dia anak biologis Allah atau dia sehakikat dengan Allah (seperti dipahami dalam doktrin Tri Tunggal Kristen), melainkan dengan bahwa dia, sebagai manusia, memiliki suatu hubungan yang khusus dan istimewa dengan Allah, yang dicirikan oleh keintiman, keakraban, kedekatan, keterbukaan, cinta, kepercayaan penuh, pengenalan timbal balik dan komunikasi.
                  Mengenai pemahaman liberalisme tentang gelar Tuhan bagi Yesus adalah sebuah kesalahan fatal, sebab mereka tidak mampu melihat hakekat Yesus yang sebenarnya mengenai Yesus adalah Tuhan. Menurut Evans, “kaum Liberalis berpendapat kekristenan sungguh-sungguh tidak tahu siapakah Yesus, apa yang sesungguhnya Ia katakan dan lakukan, apa yang Ia pikirkan tentang diri-Nya sendiri, atau apa yang dipikirkan pengikut-Nya tentang Dia, karena Injil Perjanjian Baru dan sumber-sumber yang dimiliki orang Kristen tidak dapat dipercaya”[1]. Hal pertama adalah penyebab pandangan liberalism yang keliru tentang Yesus adalah Tuhan, karena keraguan kaum Liberalism terhadap Injil-injil Perjanjian Baru dan sumber-sumber lainnya yang merupakan sumber utama dalam keKristenan dalam memberikan informasi-informasi tentang Yesus. Hal ini disebabkan oleh konsep rasionalime kaum Liberalisme yang berpendapat bahwa segala sesuatu awalnya adalah diragukan. Bukan hanya rasionalisme kaum liberalism yang mengarahkan mereka akan keraguan atas kebenaran informasi Injil-Injil sinoptik tapi juga Humanisme kaum liberalism juga berperan besar atas kepercayaan tokoh-tokoh leberalisme. Atas keraguan inilah maka kaum liberalism menanggapi Injil-Injil Perjanjian Baru, Evans menambahkan,
Injil Perjanjian Baru mungkin menggambarkan Yesus sebagai Mesis Israel dan sebagai Anak Allah, tertapi seperti yang orang Kristen ketahui, itu hanyalah teologi orang Kristen yang hidup pada paruh kedua abad pertama, orang-orang Kristen yang tidak pernah bertamu Yesus dan tidak pernah mendengar Dia mengajar. Berntuk keraguan tiu kdsang-kadang melangkah lebih dalam, dan berpendapat bahwa Injil asli bukan hanya tidak dapta dipercaya dan bukan sejarah, kaum Liberalisme tidak yakin apakah naskah yang dimiliki kekristenan saai ini mencerminkan Injil dalam benruk asli mereka secara akurat atau tidak[2]


Bagi kaum liberalism adalah bahwa ada jurang pemisah antara sejarah yang terjadi antara Yesus dan kitab-kitab Injil, tentunya termasuk Injil-Injil sinoptik. Apa yang tercatat dalam kitab-kitab Injil sinoptik bukanlah merupakan sejarah tapi kepercayaan orang Kristen awal saat itu, dan tentunya berimbas pada pemahaman kaum liberalism terhadap Yesus. Karena keraguan inilah menyebabkan ketidak percayaan pada informasi Injil-Injil sinoptik yang menyatkan bahwa Yesus adalah Tuhan.
                  Bagi penulis bahwa keraguan dan kecurigaan kaum liberalism terhadap Injil-Injil sinoptik adalah sebagai bentuk sikap yang membenci terhadap kebenaran konservatif  terhadap kebenaran bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Keraguan liberalism seharusnya tidak perlu diperdebatkan karena memang informasi yang terdapat dalam Injil-Injil Sinoptik yang saat ini adalah memiliki kesamaan isi dengan teks aslinya. Bock dalam hal ini menyatakan bahwa,
Pertama, berita disampaikan secara tertulis, bukan lisan. Kedua, berita deteruskan melalui beberapa jalur, tidak hanya satu. Jalur-jalur ini berfungsi untuk memeriksa dan menyeimbangkan hasil penyampaian berita. Sedikit usaha membandingkan antra tiga jalur saja sudah sangat membantu untuk mendapatkan berita yang sesuai denga aslinya. Ketiga, ahli kritik terks biasanya tidak hanya mengandalkan penerimaan berita terakhir, tetapi juga bertanya kepada beberapa orang yanag lebih dekat dengan sumber berita. Keempat, sepanjang sejarah penyampaian berita, para penulis memberikan komentar terhadap teks, dan jika ada kesemjangan kronologis antar manuskripmereka mengisinya dengan mencatat apa yang dikatakan oleh teks dalam kontek waktu dan tempat saat itu. Kelima,…Perjanjian Baru disalin lebih dari satu kali dan masih dikonsultasikan sampai beberapa generasi salinan sesudahnya[3]


Dalam penjelasan diatas maka sangat keliru jika hanya meragukan Injil-Injil Sinoptik yang ada saat ini, sebab penyalinan Injil-Injil tesebut tidaklah sama dengan permainan telepon pada anak-anak. Penyalinan tersebut merupakan penyalinan dalam bentuk tulisan, dan penyalinan memiliki beberapa jalur dan ketika di perbandingkan maka memiliki benang merah yang sama, kemudian penyalin Injil-Injil Sinoptikpun selalu menanyakan kepada sumber terdekat dengan saksi pelaku sejarah pengalaman Yesus selama pelayanan-Nya dibumi, dan kemudian penyalinanpun selalu dikonsultasikan samapai beberpa sejarah. Maka antara kehidupan Yesus dalam sejarah dan penulisan Injil-Injil Sinoptik tidaklah memiliki jarak yang memisahkan itu semua. Ada sebuah jembatan yang menghubungkan diatara kehidupan Yesus dalam sejarah dan penulisan dan penyalinan Kitab Injil Sinoptik. Maka dalam hal ini penulis berkeyakinan penuh bahwa segala informasi yang terdapat dalam Injil-Injil sinoptik saat ini adalah merupakan informasi yang autentik mengenai Yesus yang sebenarnya. Tidak ada kesalahan dalam informasi mengenai Yesus dalam Injil-Injil Sinoptik. Dalam hal ini berarti mengenai Yesus Tuhan yang disampaikan dalam Injil-Injil Sinoptik adalah sebuah berita yang benar dan tak bersalah sedikitpun. Hal ini dijelaskan oleh Pate sebagai berikut,
Sebutan-sebutan yang digunakan oleh Injil Sinoptik untuk Yesus, yang bertentangan dengan pernyataan kaum Liberalism: Mesias, Anak Manusia, dan Anak Allah. “Mesias” adalah istilah Yahudi untuk “pribadi yang diurapi” (“Kristus adalah istilah Yahudi untuk arti yang sama). Jelaslah dari Maz 2:2,7 bahwa istilah tersebut tikda mengacu kepada seorang manusia biasa, karena disana pribadi yang diurapi Tuhan (Mesias-ayat 2) dinyatakan sebagai Anak Allah (ayat 7). Bahkan dalam kitab berbahasa Yahudi yang ditulis dalam rentang waktu yang berdekatan dengan Perjanjian Baru, 4 Ezra, diketahui bahwa Allah memanggil Mesias sebagai “anakku”[4]


Dalam penjelasan diatas nyatalah bahwa semua gelar Yesus yang merujuk pada hakekat-Nya sebagai Allah adalah sebuah fakta yang riil dan hal itupun di dukung oleh beberapa ayat dalam Perjanjian Lama. Berjaitan dengan gelar Yesus yang lainnya yang berkaitan erat dengan ke-Allahan Yesus, Pate menyatakan
Dinamika yang sama ada untuk sebutan “Anak Manusia,” sebutan kesukaan Yesus untuk diri-Nya sendiri. Sebutan ini bersumber dari Daniel 7, yang menyatakan bahwa Anak Manusia ilahi-lah yang menerima kerajaan Allah (Daniel 7:13). “Anak Allah”, sebagaimana yang terlihat dalam Mazmur 2, meningkatkan derajat Mesias jauh di atas semua manusia…. Oleh sebab itu penggunaan tiga sebutan untuk Yesus dalam Injil Sinoptik –Mesias, Anak Manusia, dan Anak Allah—tentu saja menunjukan bahwa mereka mamandang Yesus lebih dari seorang manusia belaka[5]


Bahwa tiga gelar yang terutama dalam injil Sinoptik –Mesias, Anak Manusia, dan Anak Allah—sudah cukup membuktikan Yesus adalah Allah, sebab gelar-gelar tersebut adalah gelar-gelar yang tidak dimiliki oleh menusia biasa, tapi hanya dimiliki oleh Tuhan. Berarti dengan merujuk gelar-gelar tersebut dalam bahasa sederhananya Yesus adalah Allah.
                  Dalam keterkaitannya bahwa Yesus adalah Tuhan maka Mc Dowel menyatakan bahwa
Di Matius 12: 6, Yesus berkata kepada orang Farisi, “Aku berkata kepadamu: Disini ada yang melebihi bait Allah.” Berapa lebihnya? Dalam ayat 8. Yesus menegaskan sembil mengacu pada diri-Nya, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Bagaimana seseorang dapat menjadi Tuhan atas hari Sabat kecuali Allah yang menetapkan hari itu? Ini suatu tuntutan langsung atas ketuhanan
……………………………………………….........................................................Di Markus 2:1-12, Yesus berkata kepada seorang lumpuh, “ Hai anak-ku, dosamu sudah diampuni!” beberapa ahli Taurat yang sedang duduk di situ mengerti maksud yang jelas dari perkataan Yesus
……………………………………………………………………………………...
Tak seorangpun dapat mengampuni dosa kecuali Allah. Siapa saja dapat berkata bahwa ia mampu mengampuni dosa; tetapi Yesus membuktikan bahwa Ia berkuasa untuk mengampuni dosa ketiak Ia menyebuhkan orang lumpuh itu. Yesus dengan jelas menyatakan bahwa Ia memiliki sifat ketuhanan.[6]

Ketika melihat gambaran yang diberikan oleh Dowel mengenai penyataan-penyataan, karya mujisat, dan kuasa yang dimilki Yesus maka nampaklah dengan jelas bahwa Yesus adalah Allah. Sebab apa yang hanya dapat dilakukan oleh Allah Yesuspun melakukannya. Seperti berkuasa atas hari Sabat, orang lumpuh di sembuhkan , dan bahkan mampu mengampuni dosa yang pada kenyataannya bahwa kuasa untuk mengampuni dosa adalah milik Allah semata.
                  Mengenai Yesus dan hubungannya dengan kerajaan maka dalam beberapa teks dalam Injil Sinoptik seperti dalam, “… sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya” (Mat 16:28 ;Lukas 9:27); “sesungguhnya kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Lukas 11:20) dan masih banyak lagi ayat dalam Injil Sinoptik yang menyatakan bahwa Yesus adalah Raja. Dalam hal ini maka Evans menyatkan,
Ungkapan “Kerajaan Allah” tidak sulit atau rumit jika mempelajari data Alkitab…. Allah adalah Raja sekarang dan selama-lamanya. Allah adalah Raja di surge dan di bumi. Dengan kata lain, kerjaan Allah mencakup unsur waktu (Allah memerintah sekarang, dan Ia akan memerintah pada masa yang akan datang). Jika dimensi linguistic krajaan ikut diperhitungkan , terutama berkaitan dengan Allah, kata itu diterjemahkan paling baik sebagai “pemerintahan.” Jadi, ketika Yesus memberitakan kerajaan Allah, Ia memberitakan pemerintahan Allah. Ia menunjuk pelayanan-Nya melalui kesembuhan dan terutama melalui pengusiran setan.[7]


Ungkapan dalam Injil Sinoptik mengenai Yesus sebagai Raja merupakan bentuk pernyataan Yesus sebagai Allah. Hal ini tidak hanya menyebutkan sebuah kerajaan yang bersifat sementara melainkan sebuah kerajaan yang bersifat kekal selama-lamanya. Ungkapan bahwa pemerintahan Yesus bersifat kekal maka tidak dapat lagi disangsikan bahwa Yesus adalah Allah yang memerintah kerajaan-Nya selama-laanya.
                  Ke-Allah Yesuspun dapat dikaitkan dengan hubngan-Nya dengan Bapa. Dalam pengertian ini Boice menyatakan bahwa,
Di taman Getsmani dan di salib, Yesus berseru kepada Bapa. Kedua peristiwa ini adalah masa-masa krisis yang paling genting. Di taman, Ia meminta kepada Bapa-dengan tunduk pada kehendak-Nya agar cawan yang hendak Dia minum boleh berlalu dari-Nya. Di salib, pada puncak penderitaan-Nya, Ia menyerahkan roh-Nya ke dalam tangan Bapa. Di sini ada distingsi yang jelas antara Anak dan Bapa pada waktu yang sma dan ditempat yang sama, dan ini menyebabkan penyembahan orang Kristen kepada Anak sebagai Tuhan dan Allah (Matius 26:39-42; Lukas 23:34).[8]


Dalam penjelasan Letham diatas bahwa beberapa peristiwa yang terjadi antara Yesus dan Bapa juga dalam sebuah peristiwa yang sama dan waktu yang sama dan muncul kedua-duanya, ini membuktikan bahwa Yesus dan Bapa adalah berbeda namun satu hakekat. Dalam pengertian ini memberikan informasi yang tepat mengenai keberadaan Yesus sebagai Allah yang pantas dipuji dan diagungkan.
                  Setelah melihat penjelasan-penjelasan di atas maka kebenaran Yesus adalah Tuhan merupakan sebuah kebenaran yang mutlak dan tak terbantahkan. Yesus adalah Allah sang pencipta merupakan Allah yang harus dipuji dan diagungkan. Ketidak mampuan kaum liberal dalam pemahan mengenai Yesus adalah Allah dikarenakan ketidak percayaan terhadap kebenaran Alkitab yang absolute atau Alkitab adalah Firman Allah.




                        [1] Evans A. Craig, Merekayasa Yesus, Diterjemahkan Oleh Johny The (Yogyakarta, Yayasan Andi, 2007),3

                        [2] Ibid, 3-4
                        [3] Darell L. Bock Dan Daniel B. Wallace, Mendongkel Yesus Dari Takhtanya, 54
                        [4] Pate Marvin C Dan Sherly L. Pate, Disalibkan Oleh Media,Diterjemahkan Oleh Yeri Ekomunajat (Yogyakarta, Yayasan Andi, 2007)40-41

                         [5] Ibid, 41
                        [6] Mc Dowel Dan Bill Wilson, Apologetika Jilid3, (Malang, Gandum Mas,2004), 460
                        [7] Evans A. Craig, Merekayasa Yesus,31

                        [8] Letham Robert. Allah Trinitas. 38

No comments:

Post a Comment

teologia sukses

   TEOLOGIA SUKSES Pendahuluan                   Setelah era perang dunia ke-dua seluruh tatanan dalam kehidupan ...